Tema 8 Subtema 3 PB 6 ( Friday, 20th March 2020 )

Tema 8 Subtema 3 PB 6

Subtema 3                 :  Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran           :  6 (Enam)
Tanggal                     :   20th March 2020
 
  SBdP
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.
Mengetahui gambar dan bentuk tiga dimensi.
3.1.1.
mengenal berbagai karya tiga dimensi dan membuat gambar rancangan karya tiga dimensi.
4.1.

Membuat gambar cerita.
4.1.1.
membentuk karya tiga dimensi.

Kerajinan stik es krim  3 dimensi dari plastisin      kerajinan papercraft

Bentuklah kelompok yang terdiri atas tiga anak! Cobalah membuat karya tiga dimensi berupa benda-benda di lingkungan tempat tinggal kalian!

Setiap anak dalam satu anggota kelompok harus membuat karya               berbeda.

Dikerjakan drumah bersama dengan saudaramu, jika                sudah selesai kirimkan foto hasil karyamu berupa selfi !

Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9.
Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
3.9.1.
menentukan sifat tokoh dalam sebuah cerita fiksi.
4.9.

Menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis, dan visual
4.9.1.
menirukan peran tokoh dalam suatu cerita.

Masih ingatkah kalian dengan penggolongan tokoh-tokoh fiksi pada pembelajaran sebelumnya? Diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini bersama teman kalian untuk mengingat kembali pembelajaran yang telah lalu!

1.      Jelaskan yang dimaksud tokoh antagonis!
2.      Jelaskan yang dimaksud tokoh utama!
3.      Apakah lawan sikap antagonis?
4.      Apakah lawan sikap protagonis?
5.      Jelaskan yang dimaksud lawan sikap antagonis!

    Bacalah teks fiksi Taman Rumah Pohon yang ada di Buku Siswa!  
    Selanjutnya, kerjakan tugas berikut ini!

TUGAS

Taman Rumah Pohon

Pak Tupai terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ribut di luar rumah pohonnya. Ia mengintip dari balik jendela, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Betapa terkejutnya ia saat dilihatnya beberapa pohon telah bertumbangan oleh mesin penebang pohon. Beberapa manusia tampak sibuk mengatur dan memilah-milah pohon mana lagi yang akan ditebang duluan.

Pak Tupai mulai panik. Ia takut jika pohon tempat rumahnya berdiri jadi sasaran penebangan berikutnya. Pak Tupai mondar-mandir memikirkan cara bagaimana agar rumah pohonnya selamat dari ulah manusia-manusia itu.

"ah, aku tidak boleh tinggal diam! aku harus mencari cara agar mereka tidak menebang pohon lagi dan menghancurkan rumahku!" gumam pak Tupai
"Tapi, bagaimana caranya?" Pak Tupai semakin gelisah.
Kemudian pak Tupai melompat ke pohon di sebelahnya dengan lincah. Pak Tupai mendatangi rumah ibu burung yang sedang memberi makan anak-anaknya.

"Ibu burung, ibu burung dengar kan suara mesin penebang pohon itu?" tanya pak Tupai.
Ibu burung mengangguk, "Iya pak Tupai, aku mendengarnya... bagaimana ini pak Tupai ? kita akan kehilangan rumah kita jika pohon-pohon di hutan ini ditebang semua..."

Pak Tupai menaikkan alisnya, menandakan ia geram. Geram dengan ulah manusia yang semena-mena dan tak peduli dengan nasib kehidupan para hewan di hutan. Apalagi hewan yang memiliki rumah pohon, seperti Tupai, Burung, Kera dan Lebah. Jika pohon ditebang, maka roboh juga lah rumah mereka. Lantas, mereka akan tinggal dimana?.

"Kita tidak boleh menyerah Ibu Burung! Kita harus mencari cara agar manusia-manusia itu sadar dan menghentikan penebangan itu lagi..." Pak Tupai mengepalkan tangannya.

Tak seberapa lama, datanglah pak Kera dan pak Lebah. Mereka juga merasakan hal yang sama dengan pak Tupai dan ibu Burung. Mereka gelisah dan ketakutan jika harus kehilangan rumah akibat penebangan pohon yang dilakukan oleh manusia.

"Pak Tupai, apa yang harus kita lakukan ? kita akan kehilangan rumah!" kata pak Kera sedih.
"Jangan menyerah pak Kera...kita harus berjuang !" cetus pak Tupai.

"Benar, kita harus melawan ! kita tidak boleh diam saja ! manusia tidak boleh seenaknya menebang pohon ! hutan ini bisa menjadi gundul...bisa menyebabkan longsor...bisa menyebabkan banjir...apa mereka tidak takut ya ?!" ucap pak Lebah bersemangat.
Pak Tupai terdiam, berpikir.

"Aha ! aku tahu caranya!" teriak pak Tupai girang.
"Kita bagi-bagi tugas ya... pak Kera dan teman-teman keluarlah dari hutan ini menuju ke rumah penduduk di perkampungan... arahkan para penduduk untuk melihat apa yang terjadi di hutan ini... pak Lebah hambat kegiatan para manusia itu dengan menyerbu mereka dengan sengatan... bu Burung lindungi saja anak-anakmu... dan aku dan tupai-tupai lainnya akan mencoba untuk merusak mesin itu dengan menggigitinya... bagaimana?".

"Baiklah, aku setuju!" pekik pak Lebah.
"Aku juga setuju!" pak Kera mengangguk.
"Baiklah..." kata ibu Burung.

Setelah itu, berangkatlah pak Kera dan puluhan kera lainnya menuju ke rumah penduduk di perkampungan. Para penduduk terkejut melihat kedatangan puluhan kera tersebut. Mereka ada yang ketakutan, ada yang berusaha mengusir, ada yang langsung menyelamatkan diri, menutup pintu rapat-rapat. Namun, ada juga beberapa penduduk yang penasaran kenapa para kera bisa keluar hutan dan berbondong-bondong datang ke perkampungan.

"Kita harus melihat apa yang terjadi di hutan...kenapa kera-kera ini bisa menyerbu kampung kita..." kata salah satu penduduk yang diiyakan oleh beberapa penduduk lainnya.

Pak Kera tersenyum puas. Ia sangat berharap usahanya berhasil. Penduduk segera datang ke hutan melihat apa yang sebenarnya terjadi lalu kemudian mencegah penebangan pohon yang dilakukan secara liar tersebut.
Sementara itu, pak Lebah sibuk mengerahkan ratusan lebah lainnya untuk melakukan penyerangan pada manusia-manusia pelaku penebangan liar itu. 

Para manusia penebangan liar lari tunggang langgang mencoba menyelamatkan diri. 

Ada yang bersembunyi dibalik pohon, ada yang melindungi wajahnya dengan memakai helm, ada yang berlindung di balik mesin penebang pohon, ada juga yang berusaha melawan dan menghalau lebah-lebah tersebut.

Pak Tupai tak mau ketinggalan. Di saat mereka panik menghindari sengatan lebah, pak Tupai dan teman-temannya dengan lincah dan cerdik berusaha merusak tuas mesin penebang pohon dengan gigi-giginya yang tajam.

Manusia-manusia yang tak sayang bumi dan hutan itu pun menghentikan sementara kegiatan penebangan hutan. Mereka bukan saja menghadapi sengatan lebah yang pedih dan panas tapi juga harus menghadapi kepungan penduduk yang telah datang di hutan.

"Oh, jadi ini yang menyebabkan kera-kera itu lari ke perkampungan kami!" teriak salah satu penduduk dengan nada marah"Kalian semua benar-benar keterlaluan ya! kalian sudah merusak hutan ini! kalian merusak ekosistem yang ada! kalian sudah menghancurkan rumah hewan-hewan yang ada di hutan ini! itulah kenapa para kera lari ke perkampungan, karena kalian sudah merusak rumah mereka!" tukas penduduk yang semakin marah.

Dengan penuh semangat, para penduduk pun berusaha menghalau mereka untuk tidak melanjutkan aksinya menebang pohon secara liar di hutan. Para penduduk memaksa mereka untuk segera meninggalkan hutan.
Akhirnya, usaha pak Tupai dan kawan-kawan membuahkan hasil. 

Aksi penebangan pun dihentikan dan para manusia bergegas meninggalkan hutan.
Ibu burung tak kuasa menahan airmatanya. Ibu burung menangis bahagia karena rumah pohonnya tak jadi dihancurkan. Anak-anaknya pun tetap bisa tidur nyenyak di rumah yang ia bangun dari ranting-ranting pohon dan dedaunan.

Pak Kera juga tak kalah bahagia. Kini ia tak gelisah lagi. Ia tetap bisa bergelantungan di ranting-ranting pohon. Tetap bisa duduk mencari kutu di pucuk pohon.
Pak Lebah tertawa puas. Rumah pohonnya yang berbentuk bulatan lonjong akhirnya bisa terselamatkan dan tetap bisa menggelantung di pohon Sawo.

Pak Tupai tersenyum sembari merebahkan diri. Kini ia bisa melanjutkan tidurnya kembali dengan lega tanpa terganggu oleh suara-suara mesin penebang pohon.
Hutan kembali syahdu. Suara-suara nyanyian jengkerik dan tetesan embun pagi menjadi irama yang paling indah di dalam hutan. Aroma dedaunan dan tanah yang basah oleh hujan semakin menambah eloknya hutan.
Hutan yang terjaga. Pepohonan yang tegak berdiri. Hewan-hewan yang menjaga keseimbangan alam. 

Tanpa disadari, mereka lah yang menyayangi dan melindungi manusia dari murka bencana alam tanah longsor dan banjir. Hutan yang tenteram akan menciptakan perkampungan manusia yang aman dan sejahtera.

Nah, agar alam tidak murka, yuk sayangi bumi kita. 

Jangan ganggu sarang burung yang bertengger di atas pohon. 

Jangan rusak rumah lebah yang menggelantung di batang pohon. 

Jangan membuang sampah sembarangan. 

Dan jangan merusak pepohonan atau tanamanapapun di sekitar kita ya ! sayangi bumi kita maka ia akan menyayangi kita!

1.   Siapakah yang menjadi tokoh utama dalam   cerita Taman Rumah Pohon ?
2.   Siapa saja tokoh yang ada dalam cerita di     atas?
3.   Siapakah yang memiliki ide untuk membuat     taman dengan banyak pohon?
4.   Apa yang dimaksud dengan Fabel?


5.   Apa pelajaran yang bisa kalian tangkap dari   cerita Taman Rumah Pohon ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Ajar Tema 3 Subtema 3 PB 3 ( Thursday, 16th September 2021 )

Tema 4 Subtema 2 PB 2 ( Thursday, 17th October 2019 )